Senin, 11 November 2013

Posted by Iqsas Ahmad Nurguslanda On 8:53:00 PM
Oleh: Dr. Raghib As-Sirjani

Tidak diragukan lagi bahwa hari kehancurannya orang-orang zhalim adalah hari raya (ied)!
Sehingga apabila orang-orang yang terzhalimi bukan dari golongan Muslimin sekalipun, kita tetap membenci kezhaliman dan mencela. Kita bahagia dan gembira dengan hilangnya kezhaliman. Setiap bentuk kezhaliman itu selalu dibenci, Allah SWT berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Dzar r.a, dari Rasulullah SAW memberi kabar dari Tuhan Yang Maha Mulia:

"يَا عِبَادِي، إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلاَ تَظَالَمُوا"

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan zhalim terhadap diri-Ku, dan menjadikannya haram diantara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi”.

Oleh karena itu tatkala Rasulullah SAW memasuki Madinah Al-Munawwarah setelah hijrahnya dari Makkah, beliau mendapati orang-orang Yahudi melakukan shaum pada hari ‘Aysûrâ  -yaitu hari kesepuluh pada bulan Muharram-. Kemudian beliau bersabda –sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas r.a,:

"مَا هَذَا؟" قالوا: هذا يومٌ صالح، هذا يوم نجَّى اللهُ بني إسرائيل من عدوهم فصامه موسى. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ"؛ فصامه وأمر بصيامه

“Apa ini”, mereka menjawab: “ini adalah hari kebaikan, hari dimana Allah SWT menyelamatkan Bani Israil dari musuh-musuh mereka kemudian Musa as shaum pada hari tersebut”, Rasulullah SAW bersabda: “Maka aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”, maka beliau shaum dan memerintahkan untuk melaksanakan shaum.

Shaum ‘Aysûrâ  pada awalnya adalah wajib bagi setiap muslim. Ketika diwajibkan shaum Ramadhan, Rasulullah SAW menjadikannya sebagai sunnah tetapi beliau ingin menganjurkan kaum Muslimin untuk tidak meninggalkan shaum ini. Kemudian Beliau bersabda –sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah r.a,-:

"صِيَامُ عَاشُورَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً"

“Shaum pada hari ‘Aysûrâ akan menebus dosa pada tahun yang telah lalu”.

Dan pasti kita akan bertanya-tanya: Mengapa perhatian yang besar dan peringatan yang agung ini pada hari ‘Aysûrâ?

Sesungguhnya pelajaran yang jelas dan tujuan yang jelas pula mengenai hal ini adalah keinginan Rasulullah SAW agar peringatan ini tidak berlalu dalam pikiran kaum Muslimin tanpa pemikiran dan pemahaman. Beliau ingin kita mempelajari peristiwa ini meskipun hanya satu kali setiap tahun, yaitu peristiwa yang besar dan pelajaran yang dalam.

Telah berlalu suatu masa kepada Bani Israil dimana kebanyakan orang merasa bahwa pertolongan itu jauh, harapan yang hampir hilang dalam perubahan realita, Fir’aun akan selalu membebani rakyat-rakyatnya sepanjang zaman dan tentara-tentara yang zhalim akan selalu di tempat-tempat mereka bagaimanapun orang-orang lemah Bani Israil berusaha.

Kemudian apa yang terjadi?

Sesungguhnya kita semua melihat dan paham tetapi kebanyakan kita lupa!

Kita melihat Fir’aun memimpin pasukannya dalam kecongkakan dan kesombongan untuk menerobos laut setelah ia melihat mukjizat terbelahnya lautan. Kemudian ia beserta para pasukan dan penolongnya celaka secara bersamaan dalam satu waktu. Kita lihat peristiwa ini dan memahami bahwa Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kita mengetahui dengan jelas bahwa orang-orang zhalim pasti akan pergi. Bagaimanapun hukum-hukum dan kesombongan mereka yang berlangsung lama pasti akan berakhir. Betapa hebatnya sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari r.a,:

"إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ"، ثم قرأ: وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

“Sesungguhnya Allah SWT pasti akan menangguhkan orang zhalim sehingga apabila Dia menyiksanya Dia tidak akan membebaskannya”, kemudian Rasulullah SAW membaca: “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (Q.S. Hûd: 102).

Sesungguhnya inilah yang Rasulullah SAW inginkan agar kita mengingatnya.
Sesungguhnya harapan itu tidak selalu mati di hati kita. Bagaimanapun keadaan darurat yang melanda orang-orang mukmin, mereka akan keluar dari keadaan tersebut dengan keutamaan dan kekuatan Allah SWT. Allah SAWT berfirman:

وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (Q.S. al-A’râf: 128)

Kemudian sunnahnya kehancuran orang-orang zhalim bukanlah satu-satunya peristiwa yang terjadi pada kehidupan nabi Musa as ketika hancurnya Fir’aun yang melampaui batas dan sombong, melainkan suatu peristiwa yang berulang-ulang dengan bentuk yang lebih banyak dalam peristiwa-peristiwa di dunia. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman:

وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آَخَرِينَ 

Dan berapa banyak (penduduk) negeri yang zalim yang teIah Kami binasakan, dan Kami jadikan generasi yang lain setelah mereka itu (sebagai penggantinya).” (Q.S. Al-Anbiyâ`: 11)

Dan betapa dalamnya kalimat yang disabdakan oleh Rasulullah SAW pada hari terbunuhnya Abu Jahal pada hari Badar ketia ia bertakbir, kemudian Beliau bersabda:

"هَذَا فِرْعَوْنَ هَذِهِ الأُمَّةِ"
“Ini adalah Fir’aunnya umat ini”.

Sungguh Rasulullah SAW telah menghubungkan dalam satu kalimat antara Fir’aun pertama yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan Fir’aun yang baru, Abu Jahal agar ditanamkan dalam ingatan kita bahwa bentuk yang telah disebutkan Allah SWT mengenai Fir’aun dalam kitab-Nya bukan hanya sejarah tentang peristiwa masa lalu, hanyasannya ia adalah suatu sifat yang sangat dalam untuk tipe para Fir’aun yang sombong, penjelasan yang rinci tentang perjalanan hidupnya, cara berpikirnya, perantara-perantara kesombongannya dan posisi orang-orang mukmin diantara mereka. Kemudian pada akhirnya ia adalah penjelasan untuk kesudahan mereka bagaimanapun mereka sombong dan zhalim.

Rasulullah SAW menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab nyata yang hidup bagi kita. Setiap muslim membuka kitab ini dan membaca lembaran-lembaran tentang Fir’aun, ia akan menemukan waktu dan tempat kehidupan Fir’aun. Betapa banyaknya Fir’aun! Dan betapa banyak bentuk yang mereka kenakan! Kadang kala datang dalam bentuk kekufuran penyembah berhala, kadang kala datang dalam bentuk tentara salib, kadang kala datang dengan bentuk Tatar, kadang kala datang dalam bentuk penjajah Eropa, bahkan banyak pula yang datang dengan bentuk Muslim!!

Benar,,,betapa banyaknya Fir’aun!

Akan tetapi termasuk yang ditetapkan bahwa mereka semua memiliki akhir dan Allah SWT tidak akan mengingkari janji.

Makna inilah yang Rasulullah SAW kehendaki masuk dalam akal kita, inilah sebabnya kita peringati hari ‘Aysûrâ. Dan inilah pelajaran yang harus kita ambil dari suatu peristiwa. Tidak seharusnya kita membiarkan media atau sebagian kelompok membawa kita jauh dari tujuan ini. Dan tidak seharusnya kita membiarkan mereka menyalah gunakan pikiran kita, memalingkan tujuan dan prinsip kita dari kehendak Rasul dan Tauladan kita Muhammad SAW.

Sesungguhnya hari ‘Aysûrâ  adalah hari yang baik. Hari dicabutnya kezhaliman, ditolongnya keimanan dan munculnya kekuasaan Tuhan Semesta Alam.

0 komentar :

Posting Komentar